Habib Rizieq

Habib Rizieq

Selasa, 15 September 2015

Inilah kebijakan ahok yang " WAJIB" dikoreksi

Inilah kebijakan ahok yang " WAJIB" dikoreksi, 
------------------------------------------------------------
#oleh ade setiawan
------------------------------------------------------------
Dari jaman dahulu yg namanya masyarakat betawi kalau mau berkurban boleh-boleh saja di halaman masjid, di halaman sekolah, di halaman kantor ataupun dipinggir jalanan, itu sudah merupakan syariat bahwa rosul pun memotong hewan qurban di tempat umum. yaitu ketika nabi selesai menunaikan sholat idul adha, beliau langsung ke lapangan untuk memotong hewan qurban, jadi jika umat islam dilarang untuk memotong hewan qurban baik itu di lapangan, di sekolah, ataupun di tempat umum lainnya, ini menyalahi sunnah rosul, ingat qurban ini merupakan ibadah umat islam, ini bagian agama, ini syiar islam, jika ahok membuat peraturan pelarangan pemotongan hewan qurban di tempat umum, ini berarti ahok melanggar konstitusi ?  bahwa uud 1945 menjamin bahwa "setiap orang berhak memeluk agama dan menjalankan ibadahnya masing2" , 

terus ada pendukung ahok beralasan bahwa jika memotong hewan qurban di pinggir jalanan, nanti dapat menyebabkan darahnya mengotori jalanan dan menyebabkan penyakit, maka itu alangkah baiknya memotong hewan qurban di rumah pemotongan hewan qurban saja.

jawaban :
sekarang begini, memotong hewan qurban ini merupakan ibadah untuk ALLAH, jika anda beralasan takut darahnya menetes mengotori jalanan sehingga menyebabkan penyakit, ini adalah pemahaman yang keliru, dari jaman dahulu orang-orang tua kita tuh gak ada yg kena penyakit gara-gara menyembelih hewan qurban, insya ALLAH karena ini ibadah, ALLAH yang menjamin keberkahan ibadah qurban ini, karena ini adalah perintah ALLAH, ini syiar ISLAM, kalau ALLAH yang menjamin keberkahannya ibadah qurban ini ? anda bisa apa sebagai manusia ? 

Dan kedua kalau umat islam disuruh menyembelih hewan qurban di rumah pemotongan hewan qurban salah satunya yaitu daerah cakung, jika ini diterapkan apakah akan bisa ?  ingat jumlah umat islam di jakarta yang ingin menyembelih hewan qurban itu banyak, bisa jutaaan, kalau nanti penyembelihan hewan qurbannya terpusat di daerah cakung, yang ada membuat daerah cakung menjadi "MACET" , jangankan mengadakan qurban di  daerah cakung, hari biasa saja sudah "MACET" ,apalagi mau diadakan pemotongan hewan qurban terpusat ??? ini tanda Tanya besar ,ini yang disebut unlogikal ( tidak logika)
-----------------------


baca juga berita ahok wajibkan pemotongan hewab qurban di RPH, ini linknya

m.suara-islam.com/mobile/detail/15395/-Buat-Gaduh-Lagi--Ahok-Wajibkan-Pemotongan-Hewan-Kurban-di-RPH



catatan : 
maaf kami tidak mau berdebat, tugas kami hanya menyampaikan suatu kebenaran kepada orang islam, karena itu jika antum sependapat alhamdulillah, jika tidak ya sudah# saya tidak memaksa anda supaya sepaham dengan saya,

Jumat, 04 September 2015

SEBUAH KESIA-SIAAN



SEBUAH KESIA-SIAAN

Oleh : Buya Yahya
Pengasuh LPD Al-Bahjah
Kadang seorang menjadi sombong bukan dengan harta dan pangkat, akan tetapi sombong dengan amal baik dan akhirat. Sedikit memahami ilmu hadits, berikut riwayat dan syarahnya merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Sehingga dengan mudahnya seseorang menyalahkan orang lain dan berkata "Mereka itu orang-orang bodoh tidak mengerti hadits seperti aku ".
Yang faham tentang fiqih, dengan lancangnya mengomentari orang lain dengan nada merendahkan, "Kasihan mereka itu orang bodoh dan tidak mengerti fiqih seperti aku". Sedikit menghafal al Qur'an, lalu dengan mudahnya meremehkan orang lain dan berkata "Mereka orang-orang bodoh yang tidak hafal al Qur'an seperti aku". Terjun di dunia da'wah mulai banyak pengikut dan pengagumnya lalu mereka merasa bahwa ia telah melakukan suatu tugas besar, kemudian mulai menghinakan dan merendahkan yang lainnya dan berkata "Kasihan mereka itu pada tidak bergerak di dalam da'wah seperti aku" atau "cara berdakwah mereka tidak sehebat caraku". Yang sudah bisa bangun malam, bertahajud, melakukan puasa, lalu memandang orang lain dengan picik dan rendah lalu berkata "Kasihan mereka punya ilmu, tetapi tidak pernah bangun malam seperti aku.", "Tidak pernah berpuasa seperti aku!" dan seterusnya.
"Aku" yang dibesarkan, "Aku" yang diagungkan. Tidak tahu kalau makhluk pertama yang mengagungkan ke-Aku-annya adalah iblis, saat berkata "Aku lebih baik dari manusia". Sungguh, semestinya seseorang tidak akan sombong dengan akhirat. Seharusnya seseorang tidak bisa sombong dengan ketaatannya dan keistiqomahan. Jika ada yang sombong dengan hafalan Al-Qur'annya atau sedikit ilmu fiqihnya atau kiprahnya di dunia dakwah, hal itu disebabkan karena adanya sesuatu yang salah di dalam mereka menjalani ketaatan. Yang telah melakukan sebuah amal kebaikan lalu meremehkan orang lain maka semestinyalah ia segera koreksi amal-amal tersebut. Bisa jadi karena telah ada riya di dalam beramal (pamrih yang selain Allah). Barangkali karena ketidakmengertian akan hakekat sebuah amal kebaikan. Mungkin saja kecintaannya kepada pangkat dan dunia telah melalaikan akan maksud sebuah ilmu dan amal.
Sebuah kelompok atau seseorang yang tersesat dalam ilmu dan amalnya akan ditandai dengan kesombongan akan ke-Aku-annya dan begitu mudahnya meremehkan yang lainnya. Maunya menyalahkan, memfitnah dan menggunjing kelompok atau orang lain. Atau paling tidak akan menyimpan kebencian kepada yang lainnya atau adanya kegembiraan tersembunyi jika ada musibah menimpa orang atau kelompok lain. Tiada sapa, teguran beradab, prasangka baik dan upaya indah untuk menjadikan yang lainnya baik.
Sebaliknya, ahli ilmu dan amal baik yang sesungguhnya dan ahli istiqomah yang tulus akan semakin tawadhu' dan merendah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Yang telah mempunyai ilmu dengan ketulusan akan selalu melihat orang lain yang terjerumus dengan mata kasih dan rindu untuk bisa menolongnya. Senantiasa memohon kepada Allah agar dirinya menjadi sebab baiknya orang lain, agar pintu hidayah segera dibukakan untuknya. Kepada orang yang berilmu lainnya akan sangat menghargai dan mencintainya. Jika ada yang berhasil dari mereka ia akan berbangga dan bersyukur. Dan disaat melihat orang lain yang berilmu belum terlihat berhasil atau prestasinya di bawah keberhasilannya akan ia bantu dan perjuangkan agar bisa maksimal dalam keberhasilannya.
Pernahkah disaat Allah memuliakan kita dengan hafalan Al-Qur’an atau ilmu fiqih atau ilmu hadits atau kemudahan dalam berdakwah lalu kita senantiasa takut jika ini semua menjadi tidak bermanfat dan tidak diterima oleh Allah? Dan alangkah sia-sianya usaha kita jika buah ilmu kita tidak bisa kita petik di akhirat. Alangkah mengerikannya jika gelar Ustad, Kiai, Orang soleh, Penghafal Al-Qur’an, Ahli fiqih, Ahli hadits dan lain sebagainya hanya kita peroleh di dunia, sementara di akhirat kita didustakan dan ditolak gelar-gelar tersebut oleh Allah SWT.
Pernahkah kita merenung, apakah ilmu dan amal yang diberikan oleh Allah kepada kita telah menjadikan kita semakin dekat dan takut kepada Allah atau justru kita bertambah kurang ajar dan jauh dari Allah? Pernahkah kita berfikir apakah amal dan ilmu kita menjadikan kita semakin mesra, indah dan saling mencintai kepada sesama? Adakah rasa kasih dan sayang terpancar dari ilmu kita disaat kita melihat saudara kita yang terjerumus dalam nistanya kemaksiatan?.Atau justru amal dan ilmu tersebut telah menjadikan kita semakin sombong, memandang picik dan menghinakan mereka? Sudahkah kita insyaf untuk menjadi hamba yang beruntung yang senantiasa berfikir bagaimana amal dan ilmu kita bisa diterima oleh Allah? Atau justru gebyar keberhasilan ilmu dan amal kita hanya menjadikan kita orang yang selalu berfikir bagaimana berilmu dan beramal saja tanpa ada kerinduan kepada Allah? Dan pernahkah selama ini kita berfikir untuk merenungi ini semua?.
Wallahu alam bisshowab…

sumber :

https://web.facebook.com/buyayahya.albahjah/posts/844565218929848:0