Habib Rizieq

Habib Rizieq

Senin, 07 Oktober 2013

Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 30

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Monday, 02 September 2013
Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 30
Senin, 2 September 2013


1قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا ؟ حَتَّى يَقُولَ لَهُ : مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ ؟ فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ ولْيَنْتَهِ (صحيح البخاري)
" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Syaitan akan datang kepada salah seorang kalian dan bertanya : "siapakah yang menciptakan ini, siapakah yang menciptakan ini dan ini?", hingga ia berkata : "Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?", dan jika sampai pada hal tersebut (keraguan) maka berlindunglah kepada Allah dan berhentilah (dari memikirkannya)".
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Luhur, Yang telah mengundang kita untuk hadir ke majelis ini dengan mengetuk pintu jiwa, sehingga di majelis ini terangkatlah derajat orang-orang yang mau mengangkat dirinya untuk semakin dekat kepada Allah subhanahu wata'ala, dan termuliakanlah mereka yang mau memuliakan dirinya dengan tuntunan kemuliaan, dan tersucikan dari dosa-dosa mereka yang diampuni oleh Allah dengan kehadiran mereka di majelis-mejelis ta'lim dan majelis dzikir dan shalawat kepada nabi Muhamad shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rahasia cahaya at ta'allum dan at ta'lim (pembelajaran dan pengajaran), di dalam rahasia keluhuran tuntunan Ilahi Yang Maha Tunggal dan Abadi, Yang berfirman di dalam Al qur'an demi mengenalkan kepada manusia akan sifat hamba-hambaNya yang peduli terhadap sesama, yang berlemah lembut kepada siapa pun baik mereka yang beriman atau yang tidak beriman, kesemuanya berada di dalam lingkup doa-doa mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ، وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ( الفرقان : 63 )
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata (berdoa): "Ya Tuhan kami, jauhkanlah siksa nerka ( Jahannam ) dari kami, sesungguhnya siksa neraka itu adalah kebinasaan yang kekal". ( QS. Al Furqan : 63 )
Hamba-hamba yang dibanggakan oleh Allah subhanahu wata'ala adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tawadhu'), dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang tidak berilmu atau belum beriman atau belum mau bertobat yang mencaci atau menghina mereka maka mereka membalasnya dengan perkataan yang lemah lembut dan penuh kesejahteraan, serta berlemah lembut terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada ummatnya untuk tidak menyiksa atau menyakiti makhluk (ciptaan) Allah subhanahu wata'ala. Dengan demikian semua makhluk ciptaan Allah subhanahu wata'ala telah telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk disiksa atau diganggu dan disakiti.
Dan hamba-hamba yang dipuji oleh Allah subhanahu wata'ala adalah mereka yang melewati malam-malam harinya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala (qiyamullail), dan mereka yang berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala : "Ya Allah hindarkanlah kami (dengan kata pengganti majemuk) dari siksa neraka (Jahannam) karena sesungguhnya siksa neraka adalah kepedihan yang kekal".
Mereka adalah hamba-hamba pemilik jiwa yang menampung rahasia kemuliaan, yang menampung para pendosa di dalam doa mereka untuk terangkat jiwa mereka pada keluhuran, bukan dengan mencaci maki mereka karena telah berbuat maksiat atau mengganggu satu sama lain, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda :
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
" Mencaci maki orang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran ".
Syarh kitab Ar Risaalah Al Jaami'ah
Dalam pembahasan majelis yang lalu kita telah sampai pada ucapan pengarang :
وَأَصْلُ اْلإِيْمَانِ أَنْ تَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى مَوْجُوْدٌ وَأَنَّهُ تَعَالَى وَاحِدٌ
" Asal (dasar) Iman yaitu engkau meyakini bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada dan meyakini bahwa Dia (Allah) Maha Tunggal"
Allah subhanahu wata'ala Maha Tunggal. Kita memahami bahwa semakin besar suatu kerajaan maka semakin hebat pula rajanya, semakin sempurna pengaturan sang raja terhadap kerajaan tersebut maka akan semakin sempurna dan semakin kuat kerajaannya. Namun demikian, semua raja tidak mampu berbuat tanpa bantuan para laskarnya, kecuali Sang Maha Raja langit dan bumi Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Tunggal dimana kerajaanNya yang multi sempurna namun Dia (Allah) tidak membutuhkan kepada hamba-hambaNya. Allah subhanahu wata'ala yang telah menciptakan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi yang kesemuanya bertasbih dan berdzikir kepadaNya siang dan malam tanpa henti-henti, mensucikan nama Allah subhanahu wata'ala, dan hal itu telah disampaikan oleh Allah kepada kita agar sanubari kita juga terangkat kepada keluhuran untuk mensucikan Allah subhanahu wata'ala dan mengagungkan namaNya, sehingga diri kita disucikan dan diagungkan oleh Allah subhanahu wata'ala. Dimana balasan bagi hamba yang mensucikan Allah adalah kesucian dari Allah subhanahu wata'ala untuknya, kesucian dari perbuatan dosa, kesucian dan dijauhkan dari setiap musibah, dijauhkan dari permasalahan, kesucian dari penyakit hati dan lainnya. Semakin jiwa seseorang mensucikan Allah subhanahu wata'ala maka akan semakin sucilah jiwa dan kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi, Maha Mampu memberikan keabadian kenikmatan kepada makhluk-makhluk yang dikehendakinya. Allah subhanahu wata'ala Maha Ada, pertama tanpa ada awalnya dan terakhir tanpa ada akhirnya, maksudnya yaitu bahwa Allah subhanahu wata'ala Maha Ada sebelum segalanya ada, namun tanpa keterikatan dengan pertanyaan "Kapan adanya?". Sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits yang telah kita baca bersama. Dan Al Imam Ghazali menjelaskan agar manusia berhati-hati dengan bisikan syaitan dalam ibadah dan keluhuran, karena ketika syaitan melihat seorang hamba sangat giat dalam beribadah dan dengan sebaik-baik ibadah, sehingga ia tidak dapat tergoda untuk berbuat maksiat, maka ia akan digoda syaitan dengan kebaikan, syaitan membawanya pada bisikan-bisikannya seperti : "Siapakah yang menciptakan ini dan ini?, jawabannya adalah Tuhanku "Allah", kemudian dibawa pada bisikan yang lain : " Siapakah yang menciptakan ini dan itu?", dan kesemua jawabannya adalah "Allah", hingga syaitan membawanya pada pertanyaan "Siapakah yang menciptakan tuhanmu?". Makhluk yang paling memahami tauhid dan ma'rifah billah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memberikan penyelesaian dalam hal ini, jika seseorang telah sampai pada hal demikian atau mulai timbul keraguan dalam dirinya, maka segeralah berlindung kepada Allah subhanahu wata'ala dan berhentilah dari memikirkannya.
Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jami'ah :
لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مِثْلَ لَهُ وَلَا شِبْهَ لَهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلبَصِيْرُ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ
" Tidak ada sekutu baginya (Allah), tidak ada yang menyamainya, tidak ada yang menyerupainya, tidak ada sesuatupun yang menyerupainya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Dia Yang menciptakan langit dan bumi"
Allah subhanahu wata'ala Maha Mendengar dan Maha Melihat, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dari tiada, dan semua yang ada di langit dan bumi adalah ciptaan Allah subhanahu wata'ala. Manusia juga dapat menciptakan namun manusia hanya menciptakan dari hal yang ada yang merangkainya dalam bentuk yang berbeda, dan tidak mampu menciptakan dari ketiadaan menjadi ada, namun Allah subhanahu wata'ala mencipta dari ketiadaan menjadi ada, hanya dengan kalimat "Kun" maka terciptalah apa yang ingin diciptakan Allah. Kemudian disebutkan dalam kitab Ar Risalah Al Jaami'ah "
وَخَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ وَالطَّاعَةَ وَالْمَعْصِيَّةَ وَالصِّحَّةَ وَالسَّقَمَ وَجَمِيْعَ اْلكَوْنِ وَمَا فِيْهِ
" Dan Allah menciptakan kematian dan kehidupan, menciptakan ketaatan dan kemaksiatan dan menciptakan kesehatan dan penyakit dan menciptakan segala alam beserta apa yang ada didalamnya"
Allah subhanahu wata'ala menciptakan langit dan bumi, menciptakan kematian dan kehidupan. Mengapa terlebih dahulu yang disebut adalah kematian, padahal semua makhluk terlebih dulu hidup dan kemudian mati?!, karena asal muasal makhluk hidup adalah kematian yaitu ketiadaan yang kemudian muncullah kehidupan, baik kehidupan di alam rahim, kehidupan di alam dunia, kehidupan di alam barzakh dan kehidupan di hari kiamat yang kekal dan tiada akan pernah berakhir. Namun apakah hal ini berarti manusia (ahli surga) sama dengan Allah karena manusia juga akan abadi di alam akhirat (surga)?, tentunya tidak demikian, karena keabadian makhluk terikat dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala, makhluk tidak akan memiliki keabadian kecuali telah diberi oleh Allah subhanahu wata'ala. Maka tentunya tidak sama antara Sang Pemilik dan yang diberi, Allah memberikan keabadian kepada makhlukNya namun keabadian itu tetap milik Allah subhanahu wata'ala. Keabadian itu diberikan oleh Allah kepada makhlukNya di akhirat baik keabadian dalam kehinaan atau keabadian dalam kemuliaan, dan semoga kita selalu dalam kemuliaan di dunia dan akhirat amin allahumma amin. Dan Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan ketaaan dan kemaksiatan (perbuatan baik dan buruk). Dalam permasalahan ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok Jabariyah dan kelompok Qadariyah, sedangkan kita adalah kelompok yang berada di tengah-tengah. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar As Asqalani di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa kita bukanlah termasuk dalam kedua kelompok tersebut, yang mana kelompok Jabariyah berpendapat bahwa manusia dalam segala perbuatan baik baik dan buruknya adalah kehendak dan pakasaan dari Allah dan manusia tidak memiliki kehendak dan tidak dapat memilih. Sedangkan kelompok Qadariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia baik dan buruknya adalah kehendak manusia sendiri dan mereka yang menciptakannya, tidak ada hubungannya dengan Allah subhanahu wata'ala. Adapun kelompok kita ahlusunnah waljama'ah meyakini bahwa segala perbuatan baik dan buruk adalah semua kehendak Allah, namun manusia diwajibkan berikhtiar (berusaha) untuk selalu melakukan perbuatan baik. Kita kelompok ahlusunnah waljama'ah meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan segala perbuatan manusia (baik aatu buruk), namun hal tersebut juga tergantung pada diri manusia , sebagaimana Allah subhanahu wata'ala telah memberikan kita jasad, pemikiran dan hati (ruh) dan kesemua itu kita gunakan untuk taat atau maksiat tentunya kesemua dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala. Sebagai contoh seorang yang berbuat maksiat seperti meminum khamr maka bukanlah ia yang menciptakannya sendiri, namun dia hanya mengambil dari buah-buahan yang dijadikan khamr dengan proses pembuatan khamr, dan Allah lah yang telah menciptakan buah-buahan tersebut dan Allah yang telah mengizinkan adanya khamr di muka bumi, namun demikian Allah mengharamkan khamr dan menyuruh hamba-hambaNya untuk tidak meminumnya, dan dalam hal ini mereka diberi kehendak untuk memilih antara mengikuti perintah Allah atau meninggalkannya. Akan tetapi Allah subhanahu wata'ala akan menjaga hamba-hambaNya yang beriman dan mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam agar tidak terjebak pada minuman keras, sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada peristiwa Isra' Mi'raj disaat dihidangkan untuk beliau shallallahu 'alaihi wasallam dua macam minuman yaitu susu dan arak (yang tidak memabukkan), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memilih susu, lalu malaikat Jibril As berkata : "Sungguh engkau telah menyelamatkan ummatmu, jika engkau memilih arak maka ummatmu akan celaka". Hal ini menunjukkan bahwa salah satu perbuatan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dapat mempengaruhi dan menolong ummatnya hingga akhir zaman, karena telah selamat dari minuman keras, meskipun masih ada manusia yang terjebak ke dalam minuman keras, dan semoga Allah subhanahu wata'ala melimpahkan hidayah kepada mereka,a amin allahumma amin. Demikian juga segala perbuatan maksiat lainnya sepeti perjudian perzinahan dan lainnya, kesemuanya bermula dari apa-apa yang telah diciptakan Allah. Oleh sebab itu ketaatan dan kemaksiatan berasal dari Allah subhanahu wata'ala, dan kita diberi kehendak untuk ikhtiar yaitu memilih diantara keduanya, demikianlah keyakinan kelompok ahlusunnah waljama'ah.
Allah subhanahu wata'ala berfirman :
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ ( الأنعام : 28 )
"Jika seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang untuk mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah para pendusta belaka". ( QS. Al An'aam : 28 )
Merekalah orang-orang yang akan kekal di neraka, dimana jika mereka dikeluarkan dari neraka kemudian dikembalikan ke dunia maka mereka akan kembali berbuat kejahatan dan kemungkaran yang telah dilarang oleh Allah subhanahu wata'ala. Sebaliknya mereka yang tidak dikekalkan di neraka adalah mereka yang jika dikeluarkan dari neraka dan dikembalikan ke bumi maka mereka akan taat kepada Allah subhanahu wata'ala, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka harus kita fahami bahwa manusia tidak dapat berbuat taat atau maksiat kecuali kesemuanya dengan kehendak Allah subhanahu wata'ala yang dirangkai dari segala ciptaan Allah, dan Allah subhanahu wata'ala menyiapakan kebaikan untuk manusia yang berbuat baik, sebaliknya menyiapakan kehinaan atau siksaan bagi mereka yang berbuat maksiat, maka manusia diberi pilihan untuk memilih diantara keduanya. Dan Allah lah yang menciptakan kesehatan juga menciptakan penyakit , dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
مَا أَنْزَلَ اللّهُ مِنْ دَاءٍ إلّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
" Allah tidak menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan baginya obat "
Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, maka orang yang diberi cobaan dengan penyakit maka ia harus berusaha untuk mencari obatnya, karena Allah telah menciptakan obat dari setiap penyakit. Namun berhati-hatilah dalam mencari pengobatan, berobatlah kepada yang ahli dalam bidangnya, janganlah berobat kepada sembarang dokter atau berobat kepada dukun, dan juga janganlah dengan mudah mempercayai orang yang mengobati, hanya Allah subhanahu wata'ala yang bisa langsung kita percaya dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kalau yang lain belum tentu benar apa yang ia ucapkan. Sebagaimana yang saya alami ketika menjalani pengobatan dengan CT scan, di saat itu saya hanya memenjamkan mata tanpa merintih kesakitan, lalu ada 3 dokter yang datang kepada saya, kemudian salah satu dokter bertanya tentang penyakit yang saya alami, maka saya katakan bahwa dibagian bawah tulang rusuk saya terasa sakit dan sangat perih, dengan spontan ia menjawab : "Oh, ini usus buntu operasi!", dokter yang lain berkata : "Kalau menurutku ini adalah liver, operasi!", kemudian dokter yang terakhir juga mengatakan hal yang berbeda, wah ketiga dokter kok beda-beda dalam menentukan penyakit yang saya derita, kesemuanya hanya memberi instruksi agar saya menjalani operasi. Dan ketika bapak professor datang beliau hanya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena kebanyakan asam lambung, yang di zaman sekarang dikenal dengan masuk angin dimana cukup dengan dikerokin akan hilang penyakitnya, maka berhati-hati dalam berobat atau memilih dokter yang akan mengobati penyakit kita.
Demikian pembahasan kita dalam kitab Ar Risalah Al Jami'ah di malam hari ini, penjelasan berikutnya kita lanjutkan di majelis yang akan datang insyaallah.
Selanjutnya kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga Allah melimpahkan kemuliaan dan keluhuran bagi kita semua dan orang tua kita, mereka yang masih hidup semoga dianugerahi panjang umur dan afiyah, dan yang telah wafat semoga dilimpahi kemuliaan di alam barzakh, amin allahumma amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
Berikut ada beberapa pengumuman, yang pertama majelis dzikir akbar kita bersama guru mulia di Monas insyaallah kita adakan pada tanggal 25 November 2013. Adapun Haul Al Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar bin Salim insyaallah akan diadakan pada hari Ahad, 24 November 2013 di komplek Hankam Cidodol. Kedatangan guru mulia sudah semakin dekat, dan semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan kesuksesan dalam setiap acara kita dan membawakan manfaat bagi kita zhahir dan bathin dan juga bagi wilayah kita, bangsa kita dan seluruh muslimin di barat dan timur, menjadi rahmat dan mempersatukan ummat sehingga jauh dari perpecahan dan permusuhan antara muslimin dan antara ummat beragama, amin allahumma amin. Selanjutnya kita bershalawat dan bersalam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian doa penutup oleh Al Habib Hud bin Baqir Al 'Atthas, yatafaddhal masykura.  




http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=440&Itemid=1

Sabtu, 05 Oktober 2013

APA ANDA MENYUJUI KEMAKSIATAN ?

APA ANDA MENYUJUI KEMAKSIATAN ?

Penulis : K.H. Luthfi Bashori



Jaman sekarang, bisa dikatakan sudah semakin edan saja, karena banyak terjadi kerterbalikan perilaku dan kebiasaan yang berkembang di tengah masyarakat. Contoh paling ringan, adanya para wanita yang oleh syariat diperintahkan untuk menutup aurat seluruh anggota tubuhnya, namun kenyataannya justru lebih banyak yang senang mengumbar auratnya di sembarang tempat. Seperti saat keluar rumah, banyak kalangan  wanita yang tidak menutup aurat betisnya, lengan tangannya, rambutnya, bahkan aurat  sekwilda (sekitar wilayah dada)-nya. Yang paling gres adalah  perhelatan Miss Word 2013  di Indonesia adalah sebagai bukti yang tidak dapat dipungkiri.

Sedangkan di kalangan para lelaki yang batasan auratnya menurut kaedah fiqih adalah anggota tubuh dari lutut hingga pusar, namun kenyataannya justru banyak kaum lelaki jika keluar rumah akan mengenakan pakaian yang dapat menutup hampir seluruh tubuhnya selain wajah dan telapak tangan, alias lebih tertutup dari pada pakaian kaum wanita.

Di sisi lain, saat ini sudah banyak pula di kalangan lelaki remaja yang tidak malu lagi menggunakan anting-anting telinga dan berambut panjang dikuncit, dengan penampilan ‘kemayu’ yang konon aksesoris semacam ini adalah menjadi tanda dan ciri khas bagi identitas kalangan wanita. 

Seperti juga banyaknya wanita remaja tomboy yang sengaja menggunakan pakaian semacam celana levis ketat dengan paduan jaketnya, dan memotong rambutnya hingga cepak serta bertato, yang konon menjadi ciri khas penampilan lelaki trendy. Nah, wanita model begini ini tak jarang yang ikut bergerombol dengan para lelaki seusianya, hingga terkadang sulit dibedakan mana yang lelaki dan mana yang wanita. 

Demikianlah perilaku mungkar yang sering terjadi di tengah masyarakat. Belum lagi kemungkaran aqidah yang kerap muncul bak jamur di musim hujan, seperti munculnya aliran-aliran sesat yang terjadi di berbagai tempat. Runyamnya keberadaan aliran-aliran sesat ini sering  kali di bollow-up oleh pembelaan media atas nama HAM dan kebebasan berkeyakinan, sehingga masyarakat bahkan tidak jarang tokoh-tokoh Islam pun tiba-tiba begitu saja dapat menerima dan membiarkannya.

Ada kaedah yang mengatakan, suatu keburukan yang tiap hari disiarkan sebagai kewajaran sekalipun secara dusta, maka telinga masyarakat pun akan dapat menerimnya sebagai hal yang wajar. Contoh yang mudah adalah memisal pendirian tempat lokalisasi pelacuran yang sejatinya adalah tempat keburukan, baik dalam pandangan duniawiyah lebih-lebih pandangan ukhrawiyah, namun karena masyarakat di sekitar tempat lokalisasi sudah tiap hari mendengarkan dan menyaksikannya, maka mereka pun menjadi terbiasa untuk dapat menerima pelacuran itu di sekitar lingkungannya secara wajar.

Demikian juga dengan aliran-aliran sesat yang keberadaannya di Indonesia ini sering di bollow-up oleh kepentingan sirkulasi media karena adanya sumber dana yang besar di kalangan komunistas aliran-aliran sesat tersebut, sebut saja Syiah, Wahhabi Mujassimah, JIL dan sebagainya, maka lambat laun aliran-aliran sesat itu akan diterima oleh masyarakat dan tidak lagi dianggap sebagai aliran sesat, namun dianggap hanya sebatas perbedaaan pendapat semata.

Shahabat ibnu Mas’ud berkata, “Apabila ada perbuatan dosa dikerjakan di muka bumi, maka siapa saja yang menyaksikan secara langsung lantas membencinya, maka ia pun tergolong  orang yang jauh dari kemaksiatan itu, sedangkan siapa saja yang jauh dari tempat perbuatan dosa itu, namun tetap  menyetujuinya, maka ia pun tergolong orang yang menyaksikannya dan ikut berdosa atas kemaksiatan itu.” 

Syeikh Atha’ Al-Khurasani mengkatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Akan datang kepada manusia suatu masa di mana hati orang mukmin meleleh di dalam perutnya seperti garam yang larut di dalam air..! Lantas ada shahabat yang bertanya: Wahai Rasulullah, apa sebabnya terjadi hal itu? Nabi SAW menjawab: Ia melihat orang lain berbuat kemungkaran, tetapi ia tidak dapat mengubahnya.

Artinya, seseorang yang menyaksikan perbuatan maksiat dilakukan di hadapannya dan ia tidak mampu melarangnya, sedangkan hatinya ingkar dan tidak menyetujuinya, maka ia tidak akan mendapatkan dosa sekalipun perbuatan itu terjadi di hadapannya. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang mendengar suatu kemaksiatan di tempat yang jauh, dan dia merasa senang serta hatinya setuju, maka akan mendapatkan dosanya walaupun ia tidak ikut menyaksikan dan tidak ikut melakukan namun ikut menyetujuinya.


sumber :

http://pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=706

UMAT BUTUH PEMIMPIN YANG ISLAMI

UMAT BUTUH PEMIMPIN YANG ISLAMI 

Penulis : K.H. Luthfi Bashori


Pemimpin yang islami, ahli beribadah, taat bersyariat, serta hanya takut kepada Allah dan tidak takut kehilangan jabatan saat memperjuangkan kepentingan Islam dan umat Islam, figur pemimpin seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh umat Islam dewasa ini.

Kenyataannya, dunia Islam saat ini justru seringkali mendapatkan situasi yang berbeda dengan harapan umat, karena sering kali umat Islam mendapatkan pemimpin yang kurang pro terhadap dunia keislaman, bahkan banyak pemimpin yang lebih hanyut dalam kekuasaan serta status keduniaan semata.

Karena banyaknya pengaruh skularisme, pluralisme dan liberalisme (Sepilis) dalam kehidupan masyarakat saat ini, maka pemikiran kontra syariat pun tidak jarang mengidap pada pribadi para pemimpin, sekalipun mereka beragama Islam, namun kenyataannya sangat jauh dari pengamalan syariat Islam secara baik dan benar. 

Jangankan akan muncul keinginan menerapkan syariat Islam dalam seluruh kegiatan dan tugas-tugas sebagai pemimpin, bahkan mengaku dirinya adalah pemimpin muslim saja sering kali menjadi momok yang sangat menakutkan bagi pribadi para pemimpin. Ayat faquulusyhaduu bi anna muslimuun (Katakan: Saksikanlah bahwa aku adalah muslim), sepertinya hanyalah sebuah wacana bagi para pemimpin beragama Islam itu, tanpa ada upaya pengamalan dan penerapan dalam kehidupannya. Hingga sangat jarang umat Islam akan dapat menemukan pemimpin yang benar-benar dapat menjadi khalifah bagi umat mereka.

Ironisnya, pada skala kepemimpinan di lembaga-lembaga, instansi-instansi atau ormas-ormas pun tak jarang  yang telah terkikis oleh derasnya virus Sepilis ini, dan akibatnya kepentingan umat Islam seringkali terabaikan, bahkan kalah dengan hiruk pikuk dan gemerlapnya perebutan jabatan serta haus kekuasaan, karena di balik itu semua ada nilai keduniaan menggiurkan yang dapat diraih oleh para pemimpin duniawi itu.

Bukti kongkrit, di negeri mayoritas berpenduduk muslim terbesar di dunia ini, bagaimana mungkin perhelatan Miss Word 2013 yang penuh umbar aurat masih bisa lolos, kalau bukan karena upaya pembiaran oleh para pemimpin, padahal mayoritas para pemimpin di negeri ini juga ber-KTP Islam. 

Kalau pun ada beberapa pemimpin muslim sejati yang muncul dan benar-benar memperjuangkan harkat dan martabat Islam dan umat Islam yang sesuai syariat secara istiqamah, tanpa takut mengatakan dirinya muslim secara jahri (terang-terangan), maka figur semacam ini umumnya akan segera dikebiri oleh situasi dan keadaan yang kurang mendukung perjuangannya. 

Kemudian akan muncul bermacam-macam tuduhan dan stigma negatif, yang akan disematkan kepada pribadi pemimpin muslim sejati, yang berjalan istiqamah di jalan Allah dalam memperjuangkan penerapan syariat Islam di segala keadaan, seperti tuduhan radikal, ekstrim, aliran keras, kurang nasionalis, dan tuduhan-tuduhan miring lainnya. 

Bahkan anehnya, tak jarang tuduhan-tuduhan itu justru tercetus dari lisan para pemimpin yang ber-KTP Islam namun dirinya tidak islami dalam menjalani kehidupannya, lantas tuduhan dan stigma negatif itu diamini pula oleh kaum awwam. 

Diriwayatkan, konon suatu saat masyarakat mengalami musim paceklik, hingga Raja Abdurrahman Al-Umawi memerintahkan Qadhi Mundzir Al-Baluthi seorang yang alim untuk mengadakan shalat istisqa’ minta hujan untuk negeri mereka. 

Ketika utusan Raja Abdurrahman Al-Umawi datang membawa surat perintah, maka Qadhi Mundzir bertanya: Bagaimana engkau melihat keadaan Raja? 

Utusan itu menjawab: Aku melihat dia sebagai orang yang paling khusyu’ dan paling banyak berdoa serta merendahkan diri…! 

Maka Qadhi Mundzir berkata: Demi Allah, kalian akan segera mendapat hujan. Apabila penguasa bumi tunduk kepada Allah, maka Penguasa langit akan menurunkan rahmat (hujan)...! 

Kemudian Qadhi Mundzir meminta kepada stafnya: Serukan shalat istisqa’ kepada masyarakat..!

Maka masyarakat pun datang ke tempat shalat, dan Qadhi Mundzir datang pula, lalu beliau menaiki mimbar sementara orang-orang memandang kepadanya dan mendengarkan dengan seksama apa yang dikhatbahkannnya.

Ketika beliau menghadap kepada para jamaah, maka kalimat yang pertama beliau katakan ialah: Salamun ‘alaikum. Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang (yaitu) bahwasanya barang siapa (berbuat kejahatan di antaranya kalian lantaran kebodohannya, kemudia ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. AL-AN’AM, 54). 

JANGAN TINGGALKAN DZIKIR MESKIPUN HATI TIDAK KONSENTRASI

JANGAN TINGGALKAN DZIKIR MESKIPUN HATI TIDAK KONSENTRASI


penulis : K.H. Luthfi Bashori


Imam Ibnu Athaillah As-Iskandari rahimahullah berkata, ‘’Janganlah kamu meninggalakan dzikirmu karena hatimu tidak hadir bersama Allah, sesungguhnya kelalaianmu dari berdzikir kepadanya lebih berbahaya dari kelalaian hatimu ketika kamu dalam keadaan berzikir, semoga Allah meningkatkan kamu dari dzikir yang disertai lalai ke tingkat dzikir dalam keadaan terjaga, dari tingkatan itu ke tingkat dzikir yang hadir, dari tingkatan itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.’’

Banyak orang mengatakan buat apa berdzikir kalau hatinya tidak khusyuk, perkataan seperti itu adalah jerat-jerat setan agar orang meninggalkan dzikir sama sekali.

Padahal Allah memerintahkan umat Islam agar selalu berdzikir kepada-Nya, wadzkurullaha dzikran katsiran (berdzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyak dzikir). Ini adalah perintah Allah yang tidak boleh dilalaikan dan disepelekan oleh umat Islam, karena barangsiapa yang ingin hidup berbahagia di dunia maupun akhirat, maka hendaklah selalu mendekatkan diri kepada Allah, adapun salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan cara memperbanyak dzikir kepada-Nya.

Berdzikir kepada Allah tidak harus dalam posisi duduk di tempat shalat atau di dalam masjid. Memang berdzikir di dalam masjid maupun dalam posisi setelah shalat adalah bentuk dzikir yang sangat afdhal. Namun di sisi lain, Allah juga perintah kepada umat: Wadzkurullaha qiyaman wa qu’udan wa ‘ala junubikum (Dzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, atau duduk, atau tidur terlentang). Allah memberi kebebasan agar umat tidak terikat oleh suatu keadaan.

Dzikir juga boleh dilakukan dengan lisan saja, atau di dalam hati saja, apalagi dilakukan sekaligus di lisan dan hati, dan tidak ada satupun dalil syariat yang membatasi tata cara berdzikir selagi dilakukan secara baik.

Kaum lelaki yang mempunyai se-abrek aktifitas dalam menjalani kehidupannya, maka dapat pula merangkap bekerja sambil berdzikir. Sebut saja seorang supir mobil, maka di saat menyupir hendaklah disertai berdzikir kepada Allah atau bershalawat kepada Nabi SAW, minimal dilakukan di dalam hati. 

Kaum wanita yang sedang beraktifitas di dalam rumah, misalnya sedang memasak, maka hendaklah disertai dengan berdzikir kepada Allah atau bershalawat kepada Nabi SAW.

Kaum remaja yang sedang belajar atau beraktifitas lainnnya, maka sudah selayaknya disela-selai dengan berdzikir kepada Allah atau beshalawat kepada Nabi SAW. Jika berdzikir maupun bershalawat ini sudah menjadi rutinitas harian, maka akan menjadi ringanlah dalam mengamalkan ibadah sunnah berdzikir.


sumber :